Peringatan Hari Nasional Tidak Harus Seremonial
Pada bulan Mei 2016 banyak sekali peringatan hari nasional maupun internasional yang diperingati sejumlah kalangan baik melalui secara seremoni, memasang  banner di jalanan yang strategis, upload status di dunia maya dan sebagainya. Peringatan hari tersebut dimulai awal Mei yang diperingati Hari Buruh Internasional atau yang sering didengar oleh banyak kalangan yang sering disebut May Day. Lanjut pada tanggal 2 Mei memperingati Hari Pendidikan Nasional, tanggal 3 Mei Memperingati Hari Pers Internasional, tanggal 5 Mei memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW (27 Rajab 1437 Hijriah), tanggal 6 Mei memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus dan tanggal 22 Mei mendatang memperingati hari Raya Waisak 2560. 

Pada zaman modern ini arus informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) tumbuh sangat pesat. Tenaga manusia bisa digantikan oleh mesin yang mempunyai kinerja yang lebih optimal dan hanya bisa digerakkan satu sampai tiga orang. Ini contoh yang terjadi di zaman modern abad 21. Tenaga manusia yang dulunya berjumlah banyak bisa diminimalisirkan oleh datangnya teknologi. Situasi ini yang membuat pengangguran semakin meningkat karena terbatasnya lapangan pekerjaan. 

Kembali lagi pada peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day yang diperingati oleh para buruh yang dibagi atas dua klasifikasi besar yaitu: Pertama, buruh profesional biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja. Kedua, buruh kasar biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja. Sekarang timbul di benak kita apakah sih buruh itu. Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah.

Menurut Sugeng Santoso PN sebagai Hakim Pengadilan Hubungan Industri bahwa Mad Day identik dengan demonstrasi karena masih dipandang strategi yang efektif untuk menyampaikan aspirasi para buruh termasuk di dalamnya persoalan yang dihadapi buruh. Namun, permasalahan buruh sebenarnya permasalahan sederhana. Alasannya, pertama, permasalahan yang terjadi antara buruh dan pengusaha pada dasarnya terletak pada kurang adanya jaminan kesejahteraan baik berupa jaminan pekerjaan maupun adanya penghasilan yang terus menerus. Kedua, kurang optimalnya perlindungan dari negara terhadap tindakan sewenang – wenang pengusaha yang secara posisi ekonomi lebih kuat dibandingkan buruh. Seperti yang kita lihat sekarang banyak permasalahan klasik yang dirasakan oleh para buruh hingga kini masih terus berlanjut sampai sekarang mulai dari mudah hingga sulit. 
Memasuki hari kedua bulan Mei yang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pendidikan menjadi salah satu faktor kemajuan bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas diri, tapi pernahkah kita berpikir bahwa pendidikan kita selama ini masih sangat belum merata dan membutuhkan peningkatan kualitas. Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 masalah pendidikan sampai sekarang masih di bahas oleh sejumlah kalangan seperti mahasiswa dan dinas pendidikan. Masalah yang sering di bahas adalah kurikulum, sebenarnya pergantian kurikulum itu perlu karena merupakan inovasi dan kurikulum sebelumnya. 

Menghadapi MEA itu keterampilan menggunakan teknologi sangat penting, sehingga harus diberlakukannya kurikulum 2013 dengan melakukan perbaikan terhadap murid, guru, dan sistem pembelajaran. Permasalahan selanjutnya yakni terletak pada guru yang merupakan ujung tombak pendidikan. Tetapi pada zaman modern ini guru minim mendapatkan pelatihan aplikatif dan berkualitas. Permasalahan selanjutnya terletak pada budaya literasi di kalangan guru masih sangat lemah. Banyaknya permasalahan yang terjadi di tempat tinggal kita harus di bahas secara secara kontinu agar menemukan jalan keluar, jangan hanya pada saat hari Pendidikan Nasional. 
Semoga apa yang disampaikan oleh penulis dapat menjadi bahan evaluasi dan bisa di jadikan renungan untuk menuju Kalimantan Barat khususnya agar lebih baik kedepannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersahabat dengan Internet Baik bagi Generasi JAMAN NOW!!!

Tularkan Budaya Lokal Pada Generasi Muda

Aceng: Media Mahasiswa Harus Menjadi Media Alternatif